Friday, March 03, 2006

not always like you see...

honestly, seminggu ini, dari masalah - masalah yang aku hadapi ataupun masalah yang teman ku hadapi dan ceritakan kepada ku mengenai hubungan nya, aku menyadari sebenarnya salah kalau selama ini aku berpikir bahwa perpisahan kami disebabkan oleh keegoisan dia, oleh ketidak perdulian dia, oleh ketidak siapan dia akan komitment. aku menyadari bahwa aku pun punya andil yang gak kecil di perpisahan itu.

aku cenderung menilai hubungan kami berdasarkan kacamata yang aku miliki, aku mengukur komitment nya berdasarkan nilai - nilai yang aku yakini selama ini. aku memasuki hubungan itu dengan membawa "culture relationship" dan practice yang selama ini aku jalani dan menganggap itu sebagai model terbaik dalam relationship.

aku tidak menyadari bahwa model itu tidak seutuhnya bisa di adopt ke sebuah hubungan yang mature, apalagi hubungan itu tumbuh di tengah kehidupan kota yang memiliki aspek sosial, budaya masyarakat dan pemikiran yang berbeda dengan lingkungan semasa kuliah dahulu. ditambah lagi dengan keterbatasan waktu yang dimiliki, dimana ruang dan waktu yang dimiliki tidak mudah untuk di sinergis kan. berbeda dengan masa - masa di mana pasangan selalu bisa hadir almost 20 hour a day, 7 day a week.

aku tidak menyadari bahwa sikap lugas yang pada awalnya dia tunjukan kepadaku justru sesuatu yg perlu jika ingin membangun hubungan yang jujur dan apa adanya, penolakan yang tidak aku sadari telah aku lakukan membuat dia beranggapan aku lebih suka mendengarkan sesuatu yang menyenangkan meskipun itu bukan sesuatu yg apa adanya.
aku merasa diabaikan saat dia mencoba memiliki waktu untuk dirinya sendiri dan memberikan waktu untuk diri ku juga. sekarang aku merasakan bahwa untuk kalangan pekerja seperti kami, waktu untuk diri sendiri itu suatu kebutuhan apalagi selama weekday waktu kami benar2 habis untuk pekerjaan. meskipun terkadang dia masih terlalu egois sih untuk masuk kedalam definisi ini .... hehehehehehe...

kemudian waktu yang di habiskan bersama komunitas masing2 di weekday adalah bagian dari refreshing yang bisa di lakukan, seharusnya tidak mengundang kecemburuan atau pun perasaan tidak suka, sepanjang masih dalam batas normal. namun memang aku masih belum bisa menerima perlakuan dia yang tidak pernah melibatkan ku dalam komunitas nya, at least untuk sebuah acara yg tidak spesific lah. waktu untuk diri sendiri, itu yang aku pelajari dari dia, namun mengkotak2an kehidupannya dan memisahkan ku dari aspek kehidupannya yang lain itu yang aku tolak dari konsep nya dia.

profesionalisme dalam bekerja, itu satu hal yang aku pelajari dari dia. di tengah dunia kerja yang kompetitif dan tantangan pekerjaan yang semakin tinggi, di butuhkan komitment dan konsentrasi penuh untuk menjalankan profesi yang kita jalani. namun kebiasaan dia melupakan ku saat weekday atau saat bersama teman2 nya, itu nilai yang tidak mau aku ambil. toh saat lunch seharusnya tetap bisa komunikasi meskipun hanya pesan singkat. atau saat hang out after office hour, seharus nya bisa saling mengabari. small things like that lah yang bisa membuat hubungan tetap hangat .... hehehehehehe.....

dan yang terakhir, aku menyadari seharusnya aku tidak terburu2 dan terbawa emosi saat memutus kan untuk putus dengannya disaat dia hanya meminta break. aku terlalu berpegang terhadap kebiasaan ku selama ini yang tidak mengenal istilah break. aku salah menterjemahkan break itu sendiri. mungkin seharusnya aku memberikan waktu untuk aku dan dia agar dapat berfikir lebih jernih di saat break itu. sehingga kami bisa memperbaiki hubungan yang kami miliki kedepannya. instead of langsung memutuskannya karena aku pikir tidak ada gunanya lagi dipertahan kan. too emotional honestly :p
berbeda dengan sikap yang diambil seorang teman, selama masa break nya dia mendoakan dengan sungguh2, bahkan berpuasa untuk mendukung doa nya. meskipun langkah awal yang kami tempuh dalam menjalin hubungan adalah sama namun saat akan berakhir sikap kami berbeda. dia bisa mengalahkan ego nya, meskipun pasangannya nyata2 menunjukan keinginan untuk berpisah........
di sini terlihat seberapa berartinya hubungan ini sebenarnya bagi ku.......

ya gitu deh, banyak pelajaran yang aku dapatkan dari dia namun juga ada hal2 yang tetap tidak bisa aku adopt.
namun aku mengakui bahwa aku pun terlalu yakin dengan konsep yang aku miliki saat ini sehingga aku cenderung menyalahkannya atas putus nya hubungan kami, apalagi aku di kelilingi orang2 yang berfikiran sama dengan ku sehingga membenarkan pemikiran ku itu.
aku meminta maaf kepada dia atas semua pemikiran negatif yang aku miliki.

apapun yang sudah terjadi, pemahaman apapun yang terlambat aku sadari tidak menimbulkan penyesalan bagi ku karena ini semua bagian dari proses pendewasaan yang harus aku jalani.
semoga semua yang aku peroleh ini akan menjadi bekal yang berguna bagi my next relationship, sehingga aku bisa menjalaninya dengan lebih dewasa.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home