Monday, April 03, 2006

IMAGO DEI

hmmmm,
kalau melihat beberapa tulisan2 ku yang lalu......
tampaknya aku sudah terlalu banyak menghakimi nya,
hal yang seharunya bukan bagian ku,
hehehehehehe.....ayat yang aku nobatkan sebagai ayat minggu ini :

"Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu." (Matius 7 : 5)

tadi malam, saat eko menjelaskan mengenai hal penghakiman,
deg! aku merasa tertampar dengan pemikiran baru yang dia buka untuk ku.
bahwa siapa kah kita? siapakah sesama kita? siapakah manusia? sehingga kita berhak menghakimi seseorang?
bukankan semua manusia adalah IMAGO DEI, citra Tuhan, sehingga penghakiman atas sesama ataupun diri sendiri adalah pernyataan akan ke cacatan IMAGO DEI itu.
jika kita memandang setiap orang sebagai citra Tuhan, maka setiap orang akan memiliki potensi Tuhan, setiap orang adalah agen dari Tuhan itu sendiri, utusan Tuhan.

susah ya mengubah pola pikir yang sudah kuat tertanam pada diri kita, karena hampir setiap waktu dalam hidup kita, kita pasti menghakimi, melakukan penilaian terhadap sesorang.
coba ingat, seaktu kita bertemu dengan seorang berwajah masam dan terlihat galak, pasti kita akan berpikir "ah, orang ini pasti tidak ramah", padahal kita tidak tau apa yang dia alami hari ini, apa yang telah terjadi dalam hidupnya, namun dalam 5 detik pertama kita sudah menghakimi nya.

nah, kalau kenyataanya begitu sulit, bagaimana mungkin kita melakukannya?

KASIH.......itulah jawabannya, kasih lah yang memampukan kita berbuat demikian.
dengan memiliki kasih, kita akan dapat memandang teman kita yang sedang jutek, sahabat kita yang mengecewakan kita, orang asing yang tampaknya menyebalkan dengan NETRAL, kasih memampukan kita untuk memahami mereka, memahami apa yang melatar belakangi sikap mereka. sehingga kita tetap dapat melihat mereka sebagai agen Tuhan yang memiliki citra Nya. kasih juga yang mencegah kita mengkotak2an mereka, bahwa si A orang yg baik, sehingga bisa menjadi teman, si B kurang ramah, jangan terlalu akrab deh, si C menyebalkan, jangan berteman dengan dia ah!

Pada awalnya, manusia di ciptakan sama, seperti 10 PC IBM yg ada di kantor, memiliki spesifikasi yang sama, namun saat salah satu PC di bongkar dan part nya di ganti atau software baru di tambahkan, sehingga program yg ada saling berbenturan dan PC itu error, makan dari 10 PC itu ada 1 PC yang tidak berfungsi dengan semestinya.
begitu juga dengan manusia.....saat dosa memasukinya, maka dia mulai kehilangan citra Tuhan itu, namun potensi Tuhan itu tetap ada di dalam nya.

Konsep ini bukan berarti mementahkan teori2 kepribadian, karena dengan teori kepribadian lah kita bisa memahami sesama kita, bagai mana kita bisa berinteraksi dengan mereka tanpa mereka merasa di hakimi, tanpa mereka merasa terintimidasi, tanpa mereka merasa di paksa. bisa jadi kita memiliki niat yang tulus, namun karena kita tidak memahami karakter mereka, bahasa emosi yang mereka pakai, mereka akan memaknainya secara berbeda...

Konsep ini juga tidak bertentangan dengan pengakuan dosa kita kepada Tuhan. karena saat kita mengakui dosa, kita tidak berarti menghakimi diri kita lho! namun kita mengakui kesalahan kita dan memohon ampun akan hal itu kepada Tuhan.
beda nya di mana sih?
Misalkan kita telah mencuri, dan kita menyadari kalau itu adalah dosa, makan kita akan berdoa ke pada Tuhan, mengakui dosa kita, memohon ampun dan berkomitment untuk tidak akan mengulanginya......itu adalah pengakuan dosa. namun jika setelah kita mengakui dosa kita, tetapi kita tetap men - cap diri kita sebagai pencuri, sehingga kita merasa tidak layak untuk melayani Tuhan ..... nah, itu berarti kita telah menghakimi diri kita, karena penghakiman atas diri kita dan sesama adalah bagian Tuhan, bukan bagian kita.....

Konsep ini juga tidak bertentangan dengan perintah Tuhan untuk saling menegur jika ada diantara kita yang berbuat dosa. karena menghakimi berarti kita mengukur, menilai sesorang dengan standard kita, padahal satandard yang dia miliki berbeda. dan ingat, standard yang kita kenakan atas orang lain akan di gunakan untuk diri kita nantinya. berbeda hal nya dengan dosa, kita memiliki standard yang sama, yaitu perintah Tuhan dalam alkitab, sehingga saat kita menemukan sesama kita melakukan perbuatan dosa, maka kewajiban kita untuk menegurnya secara halus, empat mata, berbagi kebenaran Tuhan dengannya secara pribadi.
namun Tuhan juga menegaskan, "Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu." (Matius 7 : 6)
jika orang yang dengannya kita membagikan kebenaran meresponi secara negatif, maka kita tidak boleh memaksa nya, karena kasih tidak memaksa.....
bisa jadi memang saat ini belum waktu untuk kita membagikan kebenaran dengannya, namun kebenaran yang pernah kita bagikan kepadanya, tidak akan sia2, saat waktunya tiba kelak, kebenaran itu akan bekerja didalam dirinya.

INGAT!
"Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.
Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (Matius 7 : 1-2)


note: biarlah semua tulisan2 ku yang lalu tetap publish di sini, supaya menjadi peringatan bagiku, penghakiman apa yang pernah aku lakukan dan takaran2 apa yang nantinya akan dikenakan kepadaku....

0 Comments:

Post a Comment

<< Home