Tuesday, March 07, 2006

.... itu mungkin untuk dilakukan.....

saat mendengarkan cerita seorang teman mengenai reaksi nya saat mengetahui pasangannyaberelingkuh hati, aku menyadari bahwa pria cenderung untuk menutupi hatinya dengan logika.
"semua terserah kamu, kalau kamu pikir dia lebih baik daripada aku, aku tidak bisa memaksa", hal ini menunjukan bagaimana dia mencoba tetap berpikir diplomatis meskipun dia akui kalau hati nya sungguh2 sakit. namun di sisi wanita hal ini bisa jadi ditangkap sebagai indikasi kalau si pria tidak mencintainya, tidak merasa memilikinya tau bahkan tidak akan merasa kehilangan dia.
jika wanita di posisikan pada posisi ini, bisa jadi dia akan marah sebesar2nya dan akan meluapkan amarahnya dengan cara yang ekspresif. dia akan menunjukan rasa sakit hatinya.
kalaupun ada wanita yang bisa berbicara seperti yang pria itu ungkapkan, bisa jadi itu hanya ungkapan saja, padahal dia memendam sakit hati yang akan meluap suatu saat.

kenapa aku bisa yakin dia bersungguh2 dengan ucapan nya, karena dia juga mengucapkan "jika kamu ingin kembali kepada ku dan anak2, maka aku sangat menghargainya", dan saat si pasangan kembali, dia benar2 dapat menerimanya dan mereka hidup bahagia hingga sekarang.

aku bertanya kenapa dia bisa bersikap seperti itu, katanya karena tidak ada gunanya jika dia mempertahan kan pasangannya saat si pasangan tidak ingin bersama nya.
dia percaya apapun yang pasangannya lakukan itu adalah urusan dengan Tuhan. benar juga ya, di saat kita melakukan sesuatu yang melanggr aturan Tuhan, pasti tidak akan menghasilkan sesuatu yang baik.

aku bertanya kenapa dia bisa tidak marah padahal hal itu menyakitkan baginya, dia menjawab "apa gunanya aku marah?" dan kalau pun dia sakit hati, apa perlu di tunjukan dengan sikap2 yang agresif, apa harus melepaskan tanggung jawab nya ?
benar juga ya, kemarahan pun tidak akan bisa merubah keadaan. sikap si pasangan yang tidak semestinya tidak lantas menjadikan alasan baginya untuk bersikap sama bersalahnya.

dan yang lebih penting lagi, saat dia menerima si pasangan kembali, dia berkomitment untuk tidak mengingat kesalahan2 yang pernah di perbuat. dia akui berat untuk dapat melakukan itu, terlebih lagi saat ada perselisihan dan kemarahan, kesalahan2 itu akan muncul kembali di ingatan nya. namun yang harus di lakukan menurutnya adalah menjaga lidah agar mulut tidak mengucapkan, tidak mengungkit2 lagi kesalahan tersebut.
perasaan curiga kalau hal yang sama akan terulang lagi pasti ada, terlebih saat si pasangan sedang tidak bersamanya. namun kembali lagi, apapun yang pasangannya lakukan adalah urusan nya dengan Tuhan, karena tidak mungkin dia membatasi pergaulan si pasangan karena kecurigaanya. dan hal itu justru membuatnya lebih tenang.....

God, aku gak mengira pemikiran seperti itu adalah nyata, aku pikir hal itu hanya ada di sinetron atau novel saja. namun kali ini benar2 nyata, ungkapan hati yang aku dengar sendiri dari mulut seorang teman tentang pengalaman yang dia miliki.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home